Selasa, 27 Maret 2012

makalah pendidikan pancasila tentang"pancasila sebagai etika politik"



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Pancasila mempunyai kedudukan dan peran utama sebagai dasar filsafat negara. Dengan kedudukannya seperti, Pancasila mendasari dan menjiwai semua proses penyelenggaraan negara dalam berbagai bidang serta menjadi rujukan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila memberikan suatu arah dan kriteria yang jelas mengenai layak atau tidaknya suatu sikap dan tindakan yang dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Kehidupan politik Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila.Pancasila merupakan landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita.
Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembangunan politik yang sedang berlangsung di negara kita sekarang ini harus diarahkan pada proses imlementasi sistem politik demokrasi Pancasila yang handal, yaitu sistem politik yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki kualitas kemandirian yang tinggi yang memungkinkan untuk membangun atau mengembangkan dirinya secara terus-menerus. Oleh karenanya secara langsung Pancasila telah dijadikan etika politik seluruh komponen bangsa dan negara Indonesia.




B.      RUMUSAN MASALAH
1. Apakah   maksud dari etika?
2. Apakah maksud dari nilai, norma, moral?
3. Bagaimanakah hubungan dari nilai, norma, moral?
4. Bagaimanakah nilai-nilai pancasila sebagai etika politik?

C.      TUJUAN PENULISAN
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah
1. Agar kita sebagai generasi muda bisa mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam teks pancasila.
2. Membuka wawasan kita tentang etika berpolitik yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam teks pancasila.















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Etika

Etika merupakan kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu Etika umum dan Etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran - ajaran dan pandangan - pandangan moral.Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum mempertanyakan prinsip - prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan Etika khusus membahas prinsip - prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987), etikak husus dibagi menjadi etika individual dan etika sosial.[1]
Etika individual yang membahas tentang kewajiban manusia sebagai individu terhadap dirinya sendiri, serta melalui suara hati Tuhannya. Dan kedua etika sosial membahas kewajiban serta norma-norma  moral yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan dengan sesama manusia, masyarakat bangsa dan negara etika sosial memuat banyak etika yang khusus mengenai wilayah-wilayah kehidupan manusia tertentu, misalnya etika keluarga, etika profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual dan termasuk juga etika politik yang menyangkut dimensi politis manusia.[2]


B.  Pengertian, Nilai, Norma, dan Moral
Di dalam Dictionary of sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah  kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objekk itu sendiri.[3]

Max Scleler mengemukakan menurut tinggi rendahnya, nilai - nilaidapat dikelompokkan dalam 4 tingkatan yaitu :

1.Nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai - nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

1. Nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapatlah nilai - nilai yang penting bagi kehidupan.

3.Nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai - nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.

4.Nilai kerokhanian : dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tak suci.
Walter G. Everet menggolongkan nilai — nilai manusiawi kedalam delapan kelompok yaitu:
1. Nilai - nilai ekonomis
2. Nilai - nilai kejasmanian
3. Nilai - nilai hiburan
4. Nilai-nilai sosial
5. Nilai nilai watak 
6. Nilai nilai estetis
7. Nilai - nilai intelektual
8. Nilai nilai keagamaan

Dalam kaitannya dengan deviasi atau penjabarannya nilai dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1.  Nilai dasar 
2.  Nilai instrumental
3. Nilai praktis

Moral merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wajangan-wajangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak menjadi manusia yang baik, adapun pihak lain etika adalah suatu  cabang  filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral tersebut (Krammer. 1998 dalam Darmodihardjo, 1996).


C.  Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Agar nilai menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit,wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah norma.Dan norma itu berkaitan dengan moral.
 
D.  Nilai - nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik 

 Negara Indonesia yang berdasarkan sila I, bukanlah negara "teokrasi" yang mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggara negara dalam legitimasi religius, melainkan religitimasi hukum serta legitimasi demokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai - nilai yang berasal dari Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara. [4]
etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas (legitimasi hukum) yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku (2) disahkan dan dijadikan secara demokraris (legistimasi demokratis) dan (3) dilaksana dengannya (legistimasi moral) . (Suseno, 1987: 115) .[5]
Pancasila pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasaan kebijaksanaan yang menyangkut publik. Pembagian serta kewenangan kemanusiaan (sila II) hal ini dipertegas oleh Hatta Tatkala mendirikan negara bahwa negara harus berdasarkan moral ketuhanan dan moral kemanusiaan agar tidak terjerumus ke dalam negara kekuasaan.

 
E. Makna Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik 

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya. Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak  bisa ditukar balikan letak dan susunannya. Untuk memahami dan mendalami nilai-nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua terkandung dalam kelima sila Pancasila.



a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, sang pencipta seluruh alam. Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Atas keyakinan demikianlah, maka Negara Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara memberikan jaminan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya untuk beribadat dan beragama. Bagi semua warga tanpa kecuali tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti keagamaan. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1dan 2.

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudayadan memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab kata pokoknya adalah adab,sinonim dengan sopan, berbudi luhur dan susila. Beradab artinya berbudi luhur, berkesopanan, dan bersusila. Hakikatnya terkandung dalam pembukaan UUD1945 alinea pertama: ³Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. Selanjutnya dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945.


 
c. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah.Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Sila Persatuan Indonesia ini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, social budaya, dan hankam. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi, Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selanjutnya lihat batang tubuh UUD 1945.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyarawatan/Perwakilan
Kata rakyat yang menjadi dasar Kerakyatan, yaitu sekelompok manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Sila ini bermaksud bahwa Indonesia menganut sistem demokrasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia,yang berkedaulatan rakyat. Selanjutnya lihat dalam pokok pasal-pasal UUD1945.



e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat berarti semua warga Negara Indonesia baik yang tinggal didalam negeri maupun yang di luar negeri. Hakikat keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945, yaitu, Dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia  Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Pola pikir untuk membangun kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tampa pandang bulu. Nilai-nilai Pancasila tersebut mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur  pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.[6]



























BAB II
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang disusun dalam makalah ini maka penulis menyampaikan bahwa  pendidikan pancasila sangat dibutuhkan dalam berbagai  Kalangan untuk mewujudkan suatu bangsa dan negara yang mampu mengembangkan pancasila sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada khususnya. Oleh karena itu dengan penyusunan makalah ini semoga dapat berguna bagi para pembaca sebagai acuan proses pembelajaran dalam menjawab segala tantangan yang ada.

B.  SARAN-SARAN
A.  Untuk pemerintah
1. Hendaknya pemerintah dapat mewujudkan keadilan bagi rakyatnya sebagaimana tercantum dalam pancasila sila ke - 5.
2.      Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.

B.  Untuk rakyat
1. Hendaknya dapat mengamalkan sila - sila pancasila dalam keseharian.
2. Menjadikan pancasila sebagai pedoman hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: paradigma

Kaelan dan Ahmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma




[1] Kaelan .M. S, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:Paradigma , 2008), hlm.85

[2] Ibid, hlm. 87
[3] Kaelan .M.S dan Ahmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, ( Yogyakarta:Paradigma, 2007), hlm. 50
[4] Opcit , hlm. 90
[5] Kaelan, Pendidikan Pancasila, ( Yogyakarta: Paradigma, 2004), hlm. 46-47
[6] Ibid, hlm. 50-53

Minggu, 18 Maret 2012

makalah tafsir tarbawi tentang kejadian manusia


BAB I
PENDAHULUAN


1.      LATAR BELAKANG

Islam adalah satu-satunya agama samawi yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Perhatian ini dibuktikan melalui turunnya wahyu pertama Qs. Al-Alaq 1-5. Sebagian mufasirin menyatakan bahwa ayat tersebut sebagai proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kita akan terus daitur, dijajah, dan didekte oleh bangsa lain yang lebih tinggi kemajuan ipteknya. Dengan kemajuan iptek kita dapat mensejahterakan kehidupan umat manusia, dan mengelola alam dengan baik.

2.   RUMUSANMASALAH
a.   BagaimanaterjemahsuratAl-Alaqayat1-5?
b.   BagaimanaprosesturunnyasuratAl-Alaqayat1-5?
c.    Bagaimana tafsir surat Al-Alaq ayat 1-5?










BAB II
PEMBAHASAN
 TAFSIR SURAH AL- ALAQ (1-5)
( SEGUMPAL DARAH)
TENTANG KEJADIAN MANUSIA

A.    SURAH AL-ALAQ BESERTA TERJEMAHAN  (1-5)












Dengan  menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

1.      Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang maha yang maha menciptakan,
2.      Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3.      Bacalah, dan tuhanmu lah yang maha mulia.
4.      Yang mengajar (manusia )dengan pena.
5.      Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

B.     TAFSIR SURAH AL- ALAQ AYAT 1-5
“Bacalah! Dengan nama Tuhan mu yang telah mencipta.” (ayat 1). Dalam suku kata pertama saja yaitu “ bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama didalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi s.a.w disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu atas nama ALLAH, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu “ menciptakan manusia dari segumpal darah.” ( ayat 2 ). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani ( sperma ) si laki – laki dengan mani ( ovum ) si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging( mudhghah ).
Dalam surah Al-Mukminun ayat 12 -14 juga menjelaskan peristiwa kejadian manusia yang berbunyi :







Artinya :
12. Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh ( rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik. ( Q.S. AL-MUKMINUN:12 – 14).
Nabi bukanlah orang yang pandai membaca. Beliau adalah ummi, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulisdan tidak pula pandai membacayang tertulis. Tetapi jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat- ayat itu akan dibawa langsung oleh jibril kepadanya, diajarkan sehingga dia dapat menghapalnya diluar kepala, dengan sebab ituakan dapatlah dia membacanya. Tuhan ALLAH yang menciptakan semuanya. Rasul yang tidak pandai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat- ayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga bilamana wahyu – wahyu itu telah turun kelak, dia akan diberi nama al- qur’an. Dan al – Qur’an itu pun artinya bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirman: “ bacalah, atas qudratKu dan iradatKu.”
Syaikh Muhammad abduhdidalam tafsir juzu’ ‘ammanya menerangkan ; yaitu ALLAH yang maha kuasa menjadikan manusia dai pada air mani, menjelma jadi darah segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca pada seorang yang selama ini dikenal ummi, tak pandai membaca dan menulis. Maka jika kita selidiki isi hadist yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali pula beliau menjawab secara jujur bahwa beliau tidak pandai membaca, tiga kali pula jibril memeluknya keras-keras, buat menyakinkan baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu telah ada padanya, apatah lagi dia adalah al-insan al-kamil, manusia sempurna. Banyak lagi yang akan dibacanya di belakang hari. Yang penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua.
Pada ayat 2 juga dijelaskan sesungguanya Zat yang menciptakan manusia, sehingga menjadi makhluk-Nya yang paling mulia. Ia menciptakannya dari segumpal darah (Alaq’). Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan dengan ilmu pengetahuannya bisa mengelola bumi serta menguasai apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat yang menciptakan manusia, mampu menciptakan manusia yang paling sempurna, yaitu nabi saw, bisa membaca sekalipun beliau tidak pernah belajar membaca.
“Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha mulia,”( ayat 3 ). Setelah di diayat pertama beliau disuruh membaca di atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah,diteruskan lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhlukNya; “ dia yang mengjarkan dengan qalam.” ( ayat 4). Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaanNya yang tertinggi. Yaitu diajarkanNya kepada manusia berbagai ilmu, di bukaNya berbagai rahasia, di serahkanNya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah,yaitu dengan qalam. Dengan pena! Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia “ mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu.” ( ayat 5 ).
Lebih dahulu Allah Ta’la mengajar manusia mempergunakan qalam sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telahada dalam tangannya;
“ ilmu pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu dengantali yang teguh.”
Maka di dalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun kita nampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu daripada segumpal darah yang berasal dari segumpal mani. Dan segumpal mani itu berasal darisaringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi. Yaitu dari hormon, kalori,vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi yang semuanya ada didalam sayuran, buah-buahan makanan pokok dan daging.kemudian itu manusia bertambah besar dan dewasa. Yang terpentingalat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia yang sekitarnya adalahkesanggupan berkata-kata dengan lidah, sebgai sambungan dari apa yang terasa didalam hatinya. Kemudian bertambah juga kecerdasannya, maka diberikan pulalah kepandaian menulis.
Didalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggikepada kepandaian membaca dan menulis. Berkata syaikh muhammad abduh dalam tafsirnya: “ tidak didapatkata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna dari pada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabangdan bahagiannya. Dengan itu mula dibukasegala wahyu yang akan turun dibelakang. Maka kalau kaum muslimin tidak dapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat maju, merobek segala selubung pengetahuan atau merempalkan pintu yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap, sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka meraba-rabadalam kegelapan kebodohan,dan kalau ayat pembuka wahyu ini tidak menggetarkan hati mereka, maka tidaklah mereka akan bangun lagi selama-lamanya.”
Ar- razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa pada dua ayat pertamadisuruh membaca di atas nama Tuhanyang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, dan hikmah dan ilmu dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu isyarat bahwa ada juga diantara hukum itu yang tertulis yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengar dengan  seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia ketuhanan. Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun tidak lah akan ada kalau tidak dengan kehendak Tuhan.
B.   PROLOG  TURUNNYA SURAT
Disebutkan dalam hadits-hadits shahih, bahwa Nabi SAW, mendatangi gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung di Makkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari. Beliau kembali kepada Istrinya –Siti Khadijah- untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari –di dalam gua- beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “bacalah!” beliau menjawab, “saya tidak bisa membaca”. Perawai mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” Nabi menjawab, “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk ketiga kalinya melaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah Nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu suratAl-‘Alaq ayat1-5.
Para perawi hadist mengatakan, bahwa Nabi SAW kembali ke rumah Khadijah dalam keadaan gemetar seraya mengatakan, “selimutilah aku, selimutilah aku”. Kemudian mereka menyelimuti beliau hingga rasa takut beliau pun hilang. Setelah itu beliau menceritakan semuanya kepada Khadijah. Lalu beliau berkata “aku merasa khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab, “jangan, bergembiralah! Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturrahmi, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orang yang tertimpa bencana.” Kemudian khadijah mengajak beliau menemui Waraqah ibnu Naufal ibnu ‘Abdil ‘Uzza (anak paman Khadijah). Beliau adalah pemeluk agama Nasrani di zaman jahiliyah, pandai menulis Arab dan menguasai Bahasa ibrani, serta pernah menulis Injil dalam bahasa Arab dari bahasa aslinya, Ibrani. Beliau seorang yang sudah lanjut usia, dan buta kedua matanya. Khadijah berkata kepadanya, “hai anak paman! Dengarkanlah apa yang dikatakan anak saudaramu ini.” Waraqah bertanya kepada Nabi, “wahai anak saudaraku, apakah yang engkau saksikan?”. Kemudian Nabi saw menceritakan apa yang dialaminya kepadanya. Warawah berkata, “Malaikat Namus (pakar ahli yang pandai) inilah yang pernah datang kepada Nabi isa. Jika saja aku masih kuat, dan jika saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu”. Rasulullah SAW bertanya, “ya, tidak seorang pun datang membawa apa yang kau bawa, melainkan ia akan dimusuhi. Jika aku masih hidup dimasa itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga.” Tetapi tidak lama kemudian ia wafat. Hadist ini diriwayakan oleh Imam Ahmad, Bukhari, dan Muslim. Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulakn bahwa permulaan surah ini merupakan awal ayat-ayat al-Qur’an diturunkan. Dan merupakan Allah pertama yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya, serta khittab pertama ditujukan kepada Rasulullah SAW.


BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN

Dari Al-quran telah dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia, tidak ada bedanya dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Semuanya berproses menurut hukum-hukum dalam alam yang material. Hanya pada kejadian, manusia sebelum makhluk yang disebut manusia itu dilahirkan dari rahim ibunya, Tuhan telah meniupkan roh ciptaannya kedalam tubuh manusia.

Ayat 1-5 (surah al-alaq) menyatakan bahwa manusia dijadikan dari segumpal darah atau menurut pendapat lain‘alaq(sesuatu yang melekat). Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena qalam niscaya tidak banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik. Banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni, dan penemuan-penemuanmereka.
Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Demikian pulan dengan pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Ayat ini juga menjadikan bukti kekuasaan Allah yang menjadikan manusia dari benda mati yang tidak berbentuk dan berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan mengajarinya pandai membaca dan menulis.

2.      SARAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada allah SWT, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kami berharap makalah yang kami buat dapat bermamfaat bagi kita semua untuk dijadikan panduan ajar dalam belajar. Kami juga berharap teman-teman bisa menerima makalah kami ini dengan baik, walaupun terdapat kekurangan-kekurangan yang mungkin kami tidak memahaminya.
                                                                             











DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. 2008. Tafsir   Ibnu Katsir Jilid 8. Bogor : Penebar Sunnah

Hamka . 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT Pustaka Panjimas

Hatta , Ahmad. 2009. Tafsir Quran Perkata. Jakarta : Maghfirah Pustaka